Polewali Mandar, 11 Oktober 2025 —
Di sudut kota Kelurahan Madatte, berdiri gubuk kecil beratap seng tua. Dindingnya sudah miring, sebagian papan lapuk dimakan waktu. Dari dalam, terdengar tawa kecil seorang bocah bernama Ramadhan, 7 tahun, yang berlari ke arah ibunya. Wajahnya polos, namun matanya menyimpan kisah yang lebih dalam dari usianya.

Ibunya, seorang perempuan yang tengah berjuang melawan gangguan jiwa, hanya mampu tersenyum samar saat Ramadhan memeluknya. Hidup mereka berjalan dalam keterbatasan, di tengah kondisi serba kekurangan yang kadang membuat perut lebih sering kosong daripada kenyang.
Hari itu, Sabtu pagi, udara Madatte terasa berbeda. Mobil Dinas Sosial Kabupaten Polewali Mandar berhenti di depan gubuk kecil itu. Turun dari kendaraan, Kabid Rehabilitasi Sosial (Resos) Andi Sumarni, bersama sejumlah pendamping sosial, membawa beberapa karung beras dan kebutuhan pokok lainnya.
“Assalamu’alaikum… ini ada sedikit bantuan dari pemerintah, Nak,” ucap Andi Sumarni sambil tersenyum, menatap Ramadhan yang berdiri malu di depan pintu.
Bocah itu mengangguk pelan, matanya berbinar saat melihat tiga karung beras 25 kilogram, minyak goreng, gula pasir, kecap, dan mie instan yang dibawa ke dalam rumah kecil mereka.
“Meskipun bantuan ini hanya berupa sembako, kami berharap dapat sedikit meringankan beban keluarga miskin seperti Ramadhan dan ibunya,” tutur Andi Sumarni dengan nada lembut.
Bantuan tersebut merupakan bagian dari program permakanan bagi lansia dan anak di luar panti, yang disalurkan langsung oleh Dinas Sosial Kabupaten Polewali Mandar. Program ini bersumber dari anggaran APBD Kabupaten Polewali Mandar, dan menjadi bentuk nyata kehadiran negara di tengah masyarakat yang membutuhkan.
Berikut data penerima bantuan permakanan:
– Kelurahan Polewali: 2 anak
– Kelurahan Sulewatang: 3 lansia dan 1 anak
– Kelurahan Lantora: 3 lansia dan 1 anak
– Kelurahan Takatidung: 3 lansia dan 2 anak
– Kelurahan Manding: 1 lansia
– Kelurahan Pekkabata: 1 anak
– Kelurahan Madatte: 3 anak
– Kelurahan Darma: 1 anak
Setiap penerima memiliki kisahnya masing-masing, ada lansia yang hidup sebatang kara, ada anak-anak yang tumbuh tanpa pendampingan penuh orang tua. Namun, di tengah segala keterbatasan, hadirnya bantuan ini menjadi pelita kecil yang menghangatkan hati mereka.
Bagi Ramadhan, beras dan sembako itu mungkin tampak sederhana. Tapi di balik karung-karung itu, tersimpan makna yang jauh lebih besar: sebuah perhatian, seutas kasih, dan bukti bahwa pemerintah hadir, bukan hanya di rapat dan laporan, tetapi di tengah denyut kehidupan warganya yang paling sunyi.(arja)
Laporan: Rahman B // Editor: Abdul Rajab Abduh


















