Catatan : Abdul Rajab Abduh
Di balik lekuk-lekuk jalan pedesaan, sekitar tiga kilometer dari jantung Kecamatan Campalagian, berdiri sebuah madrasah sederhana bernama MI DDI Suruang. Lama terdiam dalam kesepian waktu, madrasah ini bak bonsai tumbuh, tapi tak sempat berkembang. Ia hidup dalam napas yang pendek, seperti menunggu tangan yang benar-benar peduli untuk menyentuhnya dengan kasih dan harapan.
Sejak tahun-tahun belakangan, MI DDI Suruang lebih sering menjadi bangunan sunyi ketimbang ruang hidup pembelajaran. Siswa-siswi menghilang, kursi-kursi kosong, dan papan tulis tak lagi mengisahkan ilmu. Pergantian kepala madrasah yang terlalu sering telah membuatnya limbung; kehilangan arah, kehilangan cinta dari orang-orang di sekitarnya.
Namun, pada tahun 2023, cahaya mulai menyusup di balik awan kelabu. Sosok bersahaja bernama H. Abdul Salam, S.Pd.I, hadir bukan sekadar untuk menjabat, tetapi untuk menghidupkan kembali yang hampir mati. Ia datang bukan membawa tongkat komando, melainkan niat tulus dan tekad keras.
Langkah pertama Abdul Salam bukan renovasi fisik, tapi membangun kepercayaan. Ia mengetuk pintu hati para orang tua, berdiskusi hangat dengan komite sekolah, dan menyambangi para tokoh masyarakat, satu per satu. Ia menyampaikan bahwa madrasah ini bukan miliknya, bukan pula milik kementerian, tapi milik anak-anak desa ini, milik masa depan yang tak boleh dibiarkan runtuh begitu saja.
Pelan tapi pasti, tanah yang gersang mulai basah. Halaman madrasah yang dahulu berdebu kini mulai tertata. Ruang-ruang kelas yang sempat murung kini mulai tersenyum. Tahun ajaran berjalan, dan sebanyak 25 siswa, sebuah angka kecil namun penuh makna memilih belajar di madrasah yang pernah nyaris dilupakan itu.
Setiap pagi, suara tawa anak-anak kembali mengisi ruang kelas. Bacaan Al-Qur’an kembali menggema. Para guru bantu hadir dengan semangat, meski dengan segala keterbatasan. Tidak ada yang mewah, tetapi ada harapan yang tumbuh dan tak bisa dibeli dengan apapun.
Madrasah ini memang belum seperti dulu saat berdiri tegak di tahun 1960, tetapi api semangatnya kembali menyala. Dan di tengah perjalanan panjang ini, Abdul Salam tetap memeluk mimpi: bahwa MI DDI Suruang akan kembali menjadi kebanggaan, bukan hanya bagi desa Suruang, tetapi juga bagi pendidikan madrasah yang berakar kuat di tengah masyarakat.
“Saya percaya, dengan kebersamaan dan keikhlasan, madrasah ini bisa kembali seperti dulu. Bahkan lebih baik lagi,” ucapnya dengan mata yang tak hanya melihat hari ini, tapi jauh ke depan. (Abdul Rajab Abduh)