Polewali Mandar, – Di bawah langit biru Kecamatan Matakali, berdirilah Desa Patampanua, desa yang kini perlahan menata diri menuju perubahan. Di sudut-sudut dusun, jalan – jalan dibenahi, fasilitas umum dibangun, dan semangat gotong royong warga mulai tumbuh kembali. Di balik geliat pembangunan itu, ada sosok yang tak lelah menggerakkan: Muhammad Yusuf, Kepala Desa Patampanua.

Empat tahun sudah Yusuf memimpin desa yang terdiri dari empat dusun ini. Wajahnya sederhana, tutur katanya tenang, namun di balik kesederhanaan itu tersimpan tekad besar untuk menjadikan Patampanua lebih maju dan tertata.
Yang menarik, perjalanan Yusuf menuju kursi kepala desa bukanlah jalan yang biasa. Sebelumnya, ia adalah seorang Kontrak PPPK Kemendagri Tahun 2022 di KPUD Polewali Mandar. Namun, panggilan nurani untuk mengabdi di tanah kelahirannya membuatnya mengambil keputusan besar: mengundurkan diri dari status ASN demi melayani masyarakat desa.
“Kadang orang bertanya, kenapa saya tinggalkan kenyamanan sebagai ASN. Tapi bagi saya, pengabdian di desa adalah amanah yang jauh lebih berarti,” ucap Yusuf dengan senyum tenang.
Dalam memacu pembangunan, Yusuf menerapkan sistem tanggung jawab berbasis dusun. Setiap kegiatan pembangunan dipercayakan kepada kepala dusun (kadus) masing-masing, agar pelaksanaan lebih efektif dan melibatkan masyarakat setempat secara langsung.
“Kami ingin setiap dusun merasa memiliki pembangunan di wilayahnya,” tuturnya.
Namun, di tengah semangat itu, Yusuf masih menyimpan satu harapan besar, yakni aktifnya peran pemuda. Ia memandang, Karang Taruna dan organisasi kepemudaan seharusnya menjadi garda terdepan dalam kegiatan sosial dan pembangunan desa.
“Setiap tahun kami anggarkan kegiatan kepemudaan. Tapi sayangnya, belum ada yang mau aktif,” katanya lirih, nada kecewa samar terdengar dalam suaranya.
Yusuf juga menyoroti persoalan pendataan di tingkat desa, karena hal yang kerap menjadi sumber masalah sosial. Menurutnya, pendataan yang dilakukan oleh pihak luar sering kali menimbulkan tumpang tindih data dan ketidaktepatan sasaran bantuan.
“Kami berharap pendata itu orang setempat. Karena mereka lebih tahu siapa yang benar-benar membutuhkan. Kadang tiba-tiba muncul data bantuan, sementara kami di desa tidak pernah diberi tahu sebelumnya,” ungkapnya.
Ia menghela napas sejenak, lalu menambahkan, “Yang lebih menyedihkan, kadang yang lebih layak tidak dapat, justru yang lain yang tercatat.”
Bagi Yusuf, membangun desa bukan hanya soal infrastruktur, tapi juga menata sistem sosial yang adil dan transparan. Ia ingin Patampanua menjadi desa yang tumbuh bersama, di mana pembangunan tak hanya tampak di jalan dan gedung, tapi juga terasa di hati masyarakatnya.
Bahwa kemajuan desa bukan hanya tugas pemerintah, tapi kerja bersama seluruh warganya.(arja)


















