Polewali Mandar,- Pagi itu,Jumat 26 September 2025, udara di Pallettoang terasa lembap. Jalan tanah yang menghubungkan wilayah kecil ini dengan ibu kota Desa Sambaliwali sedikit becek . Namun, semangat warga tidak surut.Mereka berbondong-bondong menuju sebuah rumah sederhana yang hari itu disulap menjadi pusat pelayanan desa.

Di balik aliran Sungai Karoke yang menjadi batas alam, Pallettoang memang kerap terpisah oleh jarak dan keterbatasan akses. Namun, bukan berarti terputus dari perhatian pemerintah desa.Kepala Desa Sambaliwali,Hernawati,bersama Ketua BPD, aparat desa, serta Kepala Dusun Buttu Dolong, datang langsung membawa program Pelayanan Desa Mobile.
“Pelayanan minggu ini kami pusatkan di Pallettoang,” ucap Hernawati sambil menyapa warga yang telah menunggu sejak pagi. Keputusan itu bukan tanpa alasan. Puluhan rumah tangga di kampung ini sering kali terkendala ketika harus mengurus administrasi ke kantor desa karena jarak dan jalan yang sulit ditempuh.
Sejak pagi, rumah yang dijadikan lokasi pelayanan dipadati warga. Ada yang membawa berkas untuk pengurusan surat keterangan, ada yang sekadar ingin berdialog,menyampaikan aspirasi, bahkan berkeluh kesah. Kehadiran pemerintah desa di tengah mereka menjadi ruang terbuka untuk mendengarkan suara rakyat kecil, suara yang kadang tak terdengar jika hanya menunggu mereka datang ke pusat desa.
Inisiatif Hernawati ini seakan meneguhkan makna pelayanan publik yang sesungguhnya:hadir, mendengar, dan memudahkan. Bagi warga Pallettoang, hari itu bukan sekadar menerima pelayanan administrasi, melainkan juga merasakan sentuhan nyata pemerintah desa yang hadir di tengah keterbatasan.

Pelayanan Desa Mobile Sambaliwali bukan hanya program, melainkan jembatan yang menghubungkan harapan warga dengan kepedulian pemerintah. Dan di Pallettoang,jembatan itu terbukti telah menguatkan rasa kebersamaan, bahwa meski jauh dari pusat desa, mereka tetap bagian dari Sambaliwali yang tak boleh tertinggal.(**)


















