Editor: Abdul Rajab Abduh
Tinambung, 7 Agustus 2025 — Di sebuah aula yang sederhana namun penuh semangat, gema suara remaja memenuhi ruang dengan pesan-pesan perubahan. Aula Mecawa, di jantung Kecamatan Tinambung, menjadi saksi dari tumbuhnya tunas-tunas harapan bangsa dalam Lomba Penyuluhan Generasi Berencana (GENRE), sebuah perhelatan yang bukan hanya lomba, tetapi panggung lahirnya agen perubahan masa depan.
Dalam balutan semangat Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-80, pemerintah Kecamatan Tinambung menggandeng Balai Penyuluhan KB untuk menggelar lomba yang menyentuh nadi kehidupan remaja. Bukan soal siapa yang paling lantang berbicara, tetapi siapa yang mampu menyampaikan harapan, nilai, dan keteladanan kepada sesamanya.
Para peserta siswa-siswi SMP se-Kecamatan Tinambung datang dengan membawa semangat, materi, dan mimpi. Mereka berbicara tentang perlawanan terhadap pernikahan dini, tentang menjaga kesucian diri dari seks pranikah, serta tentang menolak jerat narkoba. Di mata mereka, terlihat nyala api masa depan yang ingin bebas dari kabut kelam.
Nazriah Idroes, Camat Tinambung, berdiri di hadapan mereka, tak sekadar memberi sambutan, melainkan memberikan dorongan penuh cinta. “Ini bukan hanya lomba. Ini adalah awal dari perjalanan panjang para pelajar untuk menjadi pelita di tengah masyarakat,” tuturnya. Ucapannya mengalir hangat, seperti doa yang menetes dari harapan seorang ibu kepada anak-anaknya.
Sementara itu, Irham S, Koordinator Balai Penyuluhan KB, menyambung makna kegiatan ini dengan lantang, namun penuh kelembutan. “Kami ingin mereka belajar tidak hanya untuk diri sendiri, tapi juga menjadi pembawa cahaya bagi lingkungan mereka,” katanya. Dalam kata-katanya tersirat harapan besar: agar generasi muda tak sekadar tumbuh, tapi mekar dan menebar manfaat.
Dalam lomba ini, suara remaja menjadi lebih dari sekadar retorika. Ia menjelma menjadi narasi perjuangan, visualisasi harapan, dan representasi masa depan yang ingin mereka ciptakan. Dengan gaya penyampaian yang beragam—dari pidato inspiratif, teatrikal, hingga penyuluhan visual setiap kelompok tampil seolah membawa pesan dari masa depan: bahwa bangsa ini butuh pemuda yang berpikir, berani, dan berkarakter.
Dewan juri, dengan seksama menilai tiap detak perjuangan yang dipertontonkan. Bukan hanya dari isi materi, tapi dari semangat, keberanian, dan kematangan pesan yang mereka sampaikan.
Saat pengumuman pemenang dibacakan, sorak dan tepuk tangan menggema. Namun sesungguhnya, tak ada yang benar-benar kalah di ruangan itu. Karena semua peserta telah memenangkan sesuatu yang jauh lebih besar kesadaran dan semangat untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Lomba ini bukan akhir, tetapi awal. Sebuah langkah kecil yang mungkin tak tercatat dalam buku sejarah besar negeri ini, namun akan dikenang dalam ingatan mereka sebagai titik tolak perubahan.
Di tengah semangat kemerdekaan, para remaja Tinambung menunjukkan bahwa merdeka bukan hanya soal bebas dari penjajah, tapi juga bebas dari kebodohan, kebiasaan buruk, dan keputusan tergesa.
Dan dari ruang kecil itulah, dengan kata-kata dan semangat yang menyala, mereka memulai perjalanan panjang menuju Indonesia yang lebih sehat, lebih cerdas, dan lebih ceria.
Mari kita dukung mereka generasi GENRE agar terus berjalan di jalan terang, membawa bangsa ini pada masa depan yang lebih bercahaya.(arja)