Editor : Abdul Rajab Abduh
Pare-Pare, Sulsel, Rabu, 27 Agustus 2025,- Di dermaga yang diterangi lampu temaram, langkah seorang ibu muda bernama Ramlah (30) menggenggam erat tangan mungil putrinya, Khansa (1 tahun 10 bulan). Ramlah merupakan salah seorang Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) kelompok rentan, yang selama ini tinggal di Lingkungan Ujung, Kecamatan Polewali. Dengan tatapan penuh harap, ia menapaki tangga kapal KM. Pelni Egon, meninggalkan sejenak kepingan kisah getir hidupnya di tanah Mandar.

Pemerintah Kabupaten Polewali Mandar, melalui Dinas Sosial bersama barisan relawan sosial, diantaranya : SJS, RELIGI, GPP, GPS-PM, PeKa, dan tangan lembut BAZNAS menjadi jembatan penghubung perjalanan pulang ini. Di bawah koordinasi Kepala Dinas Sosial, H. Azwar Jasin, tugas mulia pemulangan itu dipercayakan kepada Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial, Andi Sumarni.
Tepat pukul 23.00 WITA, Ramlah dan putrinya menaiki tangga Kapal. Dan dua jam kemudian Kapal lepas jangkar tepat pukul 01.00 WITA, dini hari 28 Agustus 2025, peluit panjang kapal menggema, menggetarkan hati siapa saja yang menyaksikan. Malam menjadi saksi, ketika seorang ibu bersama bayinya berlayar menuju Pelabuhan Bontang, Kalimantan Timur, tempat keluarga menanti dengan rindu di Desa Sepaso Induk, Kecamatan Bengalon.
“Semoga ketika kembali ke pangkuan keluarga, hidupnya dapat ditata lebih baik, dengan bimbingan orang-orang terdekat,” ucap Sumarni lirih, seraya menitipkan doa bagi perjalanan Ramlah dan Khansa.
Bagi Khansa, bocah mungil yang baru belajar mengeja dunia, perjalanan ini adalah pintu menuju masa kanak-kanak yang seharusnya penuh tawa dan kasih sayang. “Kami berharap, ia kelak tumbuh sebagaimana anak-anak pada umumnya, dengan hak bermain, belajar, dan mendapatkan perhatian keluarga,” lanjut Sumarni.
Diperkirakan kapal tiba, pada Jum’at, 29 Agustus 2025, pihak Dinas Sosial Kabupaten Kutai Timur siap menjemput mereka di pelabuhan Bontang, menyambut pulang dengan pelukan keluarga. Di sanalah, babak baru dimulai.
Dinas Sosial Polewali Mandar pun menutup layanannya dengan harapan sederhana: agar tangan pemerintah setempat di Kalimantan Timur melanjutkan pendampingan, termasuk memfasilitasi akses dokumen kependudukan, agar kehidupan Ramlah dan Khansa dapat berlabuh pada kepastian dan bantuan sosial.
Malam itu, di Pelabuhan Pare-Pare, Sulsel, suara mesin kapal dan riak ombak berpadu menjadi lagu perpisahan. Ramlah mungkin hanya satu dari sekian wajah PPKS yang berjuang menata hidup. Namun kisahnya mengingatkan kita bahwa setiap jiwa berhak menemukan jalan pulang menuju keluarga, cinta, dan kehidupan yang lebih layak.(*arja*) Sumber Data : Dinas Sosial Kab.Polewali Mandar.


















