Polewali Mandar – Di halaman sebuah rumah duka yang dipenuhi wajah-wajah muram, Jumat (3/10), langit Polewali Mandar seakan ikut berduka.
Daun-daun yang bergoyang tertiup angin, seolah ikut menunduk memberi penghormatan terakhir bagi sosok pamong yang telah menutup pengabdiannya: H. Sukirman Saleh, SH., MM.

Bagi banyak orang, nama itu bukan sekadar catatan birokrasi, melainkan representasi keteladanan yang lahir dari pengabdian panjang.
Dari Sengae, Pinrang, tanah kelahirannya pada 3 Januari 1965, hingga Polewali Mandar, tanah pengabdian yang ia cintai, perjalanan hidupnya adalah cermin kesetiaan seorang abdi negara.

Suasana upacara pelepasan berjalan khidmat. Deretan pejabat, ASN, tokoh masyarakat, hingga pensiunan yang pernah menjadi sahabat seperjuangan, berdiri dalam barisan yang rapat.
Air mata jatuh diam-diam dari beberapa mata yang tak sanggup menahan rasa kehilangan. Wakil Bupati Polman Hj.Andi Nursami Masdar berdiri tegak sebagai pembina upacara, namun suaranya bergetar ketika menyampaikan duka mendalam.
“Atas nama pribadi dan Pemerintah Kabupaten Polewali Mandar, kami menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya atas jasa beliau. Sosok almarhum dikenal bijaksana, mengayomi, dan menjadi panutan bagi sejawat.”
Nama H. Sukirman Saleh adalah perjalanan yang diukir dengan kesetiaan. Ia menapaki jalannya sebagai CPNS sejak 1 Maret 1992. Dari Kasubag Kelembagaan, Camat Binuang, Kepala Kantor Catatan Sipil, hingga Kepala Dinas Pendapatan Daerah, setiap jabatan dijalaninya dengan dedikasi tanpa pamrih.
Pada 2018, ia dipercaya menduduki kursi Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Polman, sebuah puncak karier yang ia genggam hingga purna tugas pada 31 Januari 2025.
Tak sekadar jabatan, pemerintah pusat pun memberi penghargaan. Satya Lencana Karya Satya 10, 20, dan 30 tahun menjadi saksi bisu betapa konsistennya ia dalam pengabdian.
Namun lebih dari itu, penghargaan terbesar justru datang dari masyarakat: kepercayaan, rasa hormat, dan doa yang mengalir deras.
Di sela upacara, Mustari Mula, Kepala Dinas Perpustakaan Sulbar, mewakili keluarga dengan suara bergetar memohon maaf atas segala khilaf almarhum semasa hidup.
Doa pun dipanjatkan, dipimpin Asisten Pemkab Arifin Yambas, mengalun lirih menyatu dengan isak tertahan para pelayat.
H. Sukirman meninggalkan seorang istri, tiga anak, dan seorang cucu adalah keluarga kecil yang menjadi saksi bagaimana ia menyeimbangkan peran sebagai ayah dan pamong.
Kini, ia berpulang dengan tenang, dimakamkan di Pemakaman Umum Lantora, meninggalkan jejak yang tak mudah terhapus.
Selamat jalan, pamong sejati.
Pengabdianmu bukan sekadar catatan di lembar arsip, melainkan warisan abadi yang hidup di hati masyarakat Polewali Mandar.(**)
 
 

















