PUBLIKNEWS.CO.ID – Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) terus berinovasi untuk memperluas jangkauan layanan kesehatan dasar yang inklusif, terutama bagi masyarakat perdesaan. Salah satu upaya kreatif tersebut terwujud dalam bentuk program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang kini digelar tidak hanya di fasilitas kesehatan, tetapi juga dalam ruang sosial terbuka yang meriah dan partisipatif.
Program CKG yang digagas Kemenkes itu telah menjangkau lebih dari 8,2 juta peserta sejak diluncurkan pada Februari 2025. Menariknya, kesuksesan program ini tak lepas dari pendekatan kolaboratif dengan berbagai mitra non-pemerintah. Salah satunya adalah kerja sama strategis dengan platform media sosial berbasis video pendek, SnackVideo.
Lewat program bertajuk Desa Sejahtera SnackVideo, layanan CKG hadir menyapa warga secara langsung di desa-desa, membaur dalam suasana rekreatif dan edukatif yang dirancang untuk membangkitkan partisipasi masyarakat.
Hadir di Tengah Masyarakat
Seperti yang terlihat dalam kegiatan CKG di Desa Cipelah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, pada 2 Juni 2025 lalu, pendekatan luar ruang terbukti efektif. Dari 200 kuota yang disediakan, sebanyak 133 warga hadir dan memanfaatkan layanan kesehatan gratis seperti pemeriksaan tekanan darah, gula darah, hingga konsultasi medis langsung.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, Yuli Ernawati, kegiatan itu membuktikan bahwa layanan kesehatan tak selalu harus bergantung pada fasilitas formal. “Selain meringankan beban biaya, kegiatan ini juga mendekatkan akses layanan, terutama bagi warga lansia dan masyarakat yang kesulitan menjangkau puskesmas,” jelas Yuli.
Jarak tempuh sejauh satu kilometer dari perkampungan ke puskesmas terdekat masih menjadi kendala bagi sebagian warga. Dengan sistem jemput bola seperti itu, hambatan tersebut dapat dikurangi.
Tak hanya pemeriksaan medis, warga juga disuguhi berbagai aktivitas yang menyenangkan dan bernilai edukatif. Ada pertandingan sepak bola, permainan tradisional, hingga donasi gawang bola untuk fasilitas olahraga warga. Warga juga diajarkan cara memanfaatkan platform digital dengan bijak. Mereka sekaligus merekam kegiatan tersebut untuk diunggah ke media sosial.
Hal itu membangun suasana yang lebih inklusif dan tidak menakutkan, terutama bagi warga yang biasanya enggan memeriksakan diri. “Hari ini masyarakat sangat antusias. Ini karena sebelumnya sudah diberikan sosialisasi tentang pentingnya deteksi dini,” kata Yuli.
Kesenangan menjadi sarana edukasi. Itulah prinsip yang diterapkan dalam pendekatan baru ini. “Dengan suasana yang terbuka dan menyenangkan, masyarakat bisa diajak peduli terhadap kesehatannya sendiri,” tambahnya.
Kolaborasi Pemerintah dan Swasta
Kegiatan di Cipelah hanyalah satu dari rangkaian kegiatan serupa di berbagai daerah. Sebelumnya, Program Desa Sejahtera SnackVideo juga telah diselenggarakan di Cianjur dan Tangerang.
Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes, Aji Muhawarman, menyatakan bahwa kolaborasi semacam itu penting untuk menjangkau masyarakat luas. “Kami mengapresiasi kemitraan dengan pihak swasta seperti SnackVideo. Ini bentuk nyata dari gotong royong dalam sektor kesehatan,” ujarnya.
Sementara itu, Yulika Satria Daya, Direktur Hubungan Pemerintah SnackVideo menambahkan, pihaknya berkomitmen untuk mendukung pemerataan layanan dasar, khususnya di perdesaan. “Kami percaya bahwa kesehatan adalah fondasi kesejahteraan. Lewat kerja sama ini, kami ingin membantu menjangkau mereka yang belum terlayani secara maksimal,” tuturnya.
Jana (58), salah satu peserta CKG di Cipelah, mengaku senang bisa mengikuti pemeriksaan secara gratis. “Biasanya saya tidak periksa karena tidak ada uang. Tapi di sini gratis, dan saya tahu ternyata gula darah saya tinggi,” ujarnya. Jana kemudian diarahkan untuk menjalani pemeriksaan lanjutan di puskesmas atau rumah sakit rujukan di wilayah Bandung.
Kisah serupa juga terjadi di Desa Ciharashas, Cianjur. Seorang warga bernama Imasriyah mengatakan bahwa ia mendapatkan arahan langsung dari dokter untuk mulai berolahraga rutin setelah melakukan pemeriksaan. “Saya senang bisa tahu kondisi saya. Ini motivasi buat hidup lebih sehat,” katanya.
Setidaknya dari kegiatan itu yang akan dikelola seterusnya oleh pemerintah daerah menjadikan sebuah kesadaran dan gaya hidup sehat di masyarakat akar rumput.
Sejak CKG digulirkan Februari 2025, pemerintah tidak hanya menargetkan tingkat cakupan partisipasi masyarakat yang tinggi dan merata, namun juga untuk mengecek potensi penyakit di masyarakat. Hal itu terbukti. Berdasarkan data Kemenkes per Juni 2025, dari peserta CKG yang telah diperiksa, satu dari lima orang mengalami hipertensi, 5,9 persen mengidap diabetes, dan lebih dari 50 persen perempuan mengalami obesitas sentral. Ini menunjukkan pentingnya deteksi dini sebagai langkah preventif utama terhadap penyakit katastropik seperti stroke dan jantung.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan, program CKG merupakan bentuk investasi jangka panjang. “Kalau kita tahu lebih awal, kita bisa memperbaiki pola hidup. Sehat itu investasi. Jangan tunggu sakit dulu,” ujarnya.
Berobat memang mahal. Data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mencatat pada tahun 2022 saja, biaya pengobatan untuk penyakit katastropik (seperti jantung, kanker, dan gagal ginjal) mencapai Rp24,1 triliun, meningkat 34,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Kemenkes mencatat, Indonesia menghadapi tantangan besar sektor kesehatan dengan kondisi Triple Burden of Disease. Kondisi itu terjadi karena masyarakat mengalami beban penyakit menular, penyakit tidak menular, dan penyakit infeksi baru yang muncul, seperti Ebola, COVID-19, dan H5N1. Adapun, menurut data dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, permasalahan kesehatan ditemukan di berbagai kelompok usia. Seperti stunting, gizi buruk, anemia, kecanduan merokok, diabetes melitus tipe 1, dan hipertensi.
Menkes juga mengimbau masyarakat menjalani pola hidup sehat, mengurangi konsumsi makanan dan minuman manis, asin, serta berlemak, aktif bergerak minimal 30 menit per hari, rutin cek tekanan dan gula darah, serta menjaga kesehatan gigi dengan prinsip 4M yakni Menggosok gigi, Membatasi gula, Memeriksa gigi secara rutin, dan Mengonsumsi buah serta sayur.
Adapun CKG telah dilaksanakan pada hampir 10 ribu puskesmas di 38 provinsi. Partisipasi tertinggi berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat, yang menyumbang sekitar 60 persen total peserta. Sebaliknya, Papua Barat, Papua Tengah, dan Papua Pegunungan mencatat partisipasi terendah.
Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Prita Laura mengatakan bahwa CKG di Indonesia merupakan salah satu terbesar di dunia. Program CKG ditargetkan menjangkau 60 juta warga pada tahun pertama, dan 280 juta dalam lima tahun ke depan. Itu menjadikan CKG sebagai salah satu program skrining kesehatan berbasis komunitas terbesar di dunia.
Prita Laura mengatakan anggaran sebesar Rp4,7 triliun atau hampir USD300 juta untuk CKG menunjukkan bahwa program ini bukan sekadar pelayanan dasar, melainkan prioritas kebijakan nasional yang setara dengan program-program besar di sejumlah negara maju. (*)